Prabowo Subianto
Anak Kost Politik-; Letnan Jenderal (Purn.) H. Prabowo Subianto
Djojohadikusumo (lahir di Jakarta, 17 Oktober 1951;
umur 67 tahun) adalah seorang politisi, pengusaha, dan perwira tinggi militer
Indonesia. Ia menempuh pendidikan dan jenjang karier militer selama 28 tahun
sebelum berkecimpung dalam dunia bisnis dan politik. Bersama Hatta Rajasa, ia maju sebagai calon Presiden
Indonesia ke-7 dalam pemilihan
umum 2014, namun diungguli oleh pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Ia kembali mencalonkan diri
sebagai presiden pada pemilihan
umum Presiden Indonesia 2019, berpasangan dengan Sandiaga Uno.
Lahir di Jakarta, masa kecil
Prabowo sebagai putra ekonom Soemitro
Djojohadikoesoemo banyak dilewatkan di luar negeri bersama
orang tuanya. Minatnya pada dunia militer dipengaruhi oleh pamannya, Soebianto
Djojohadikusumo yang gugur dalam Pertempuran Lengkong.
Selepas lulus dari Akademi Militer di Magelang pada tahun 1974 sebagai seorang
letnan dua, ia menjadi salah satu komandan operasi termuda dalam sejarah
Angkatan Darat saat memimpin operasi Tim Nanggala di Timor Timur. Kariernya melejit setelah
menjabat sebagai Wakil
Komandan Detasemen Penanggulangan Teror di Komando Pasukan
Khusus pada tahun 1983. Pada tahun 1996, Prabowo diangkat
sebagai sebagai Komandan
Jenderal pada korps tersebut. Saat menjabat, ia memimpin operasi
pembebasan sandera di Mapenduma. Ketika jatuhnya Presiden
Soeharto, ayah mertuanya, pada bulan Mei 1998, Prabowo sedang
menjabat sebagai Panglima Komando
Cadangan Strategis.
Setelah diberhentikan dari dinas militer, Prabowo
menghabiskan waktu di Yordania dan di
beberapa negara Eropa. Sekembalinya ke Indonesia, ia menekuni dunia bisnis,
mengikuti jejak adiknya Hashim
Djojohadikusumo yang merupakan seorang konglomerat. Bisnis
Prabowo meliputi sedikitnya 27 perusahaan yang bergerak pada sektor-sektor yang
berbeda. Pada tahun 2008, ia mendirikan Partai
Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Selain itu, ia juga aktif
sebagai ketua di Himpunan
Kerukunan Tani Indonesia dan Ikatan Pencak
Silat Indonesia.
Kehidupan awal
Prabowo Subianto lahir di Jakarta pada 17 Oktober
1951. Ia merupakan anak ketiga dan putra pertama dari Soemitro
Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar, yang lebih dikenal sebagai
Dora Soemitro.[1] Ayahnya merupakan seorang pakar
ekonomi dan politisi Partai Sosialis
Indonesia yang pada saat itu baru saja selesai menjabat
sebagai Menteri Perindustrian di Kabinet Natsir; pada April 1952, tak lama
setelah kelahiran Prabowo, Soemitro diangkat kembali sebagai Menteri Keuangan pada Kabinet Wilopo. Prabowo memiliki dua orang
kakak perempuan, Biantiningsih Miderawati dan Maryani
Ekowati; dan seorang adik lelaki, Hashim
Djojohadikusumo.
Dari keluarga ayahnya, Prabowo
merupakan cucu dari Margono
Djojohadikusumo, pendiri Bank Negara Indonesia dan Ketua Dewan Pertimbangan Agung yang
pertama. Nama pertamanya diambil dari pamannya, Kapten Soebianto
Djojohadikusumo, seorang perwira Tentara Keamanan
Rakyat yang gugur pada Pertempuran Lengkong pada
Januari 1946 di Tangerang. Keluarga Djojohadikusumo sendiri dikatakan merupakan
keturunan dari Raden Tumenggun Kertanegara, seorang panglima laskar Pangeran Diponegoro di
wilayah Kedu; dan Adipati Mrapat, bupati Banyumas yang pertama. Dengan itu, garis
keturunan keluarga itu dapat ditarik lagi pada penguasa-penguasa awal Kesultanan Mataram.[2][3]
Masa kecil Prabowo banyak dihabiskan di luar
negeri, terutama setelah keterlibatan ayahnya menentang pemerintah
Presiden Soekarno di dalam Pemerintahan
Revolusioner Republik Indonesia di Sumatera Barat. Prabowo menyelesaikan
pendidikan menengahnya di Victoria
Institution di Kuala Lumpur, Malaysia; Zurich International School di Zurich, Swiss;
dan The American School di London, Inggris. Baru setelah kejatuhan Soekarno dan
naiknya Soeharto, keluarga Soemitro kembali ke
Indonesia, dan Prabowo masuk ke Akademi Militer di Magelang, Jawa Tengah.[4]
Prabowo mengawali karier
militernya di TNI Angkatan Darat pada
tahun 1974 sebagai seorang Letnan Dua setelah lulus dari Akademi
Militer di Magelang.
Dari tahun 1976 hingga 1985, Prabowo bertugas di
Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha), pasukan khusus Angkatan Darat pada
saat itu. Salah satu penugasan pertamanya adalah sebagai komandan pleton pada
Grup I/Para Komando yang menjadi bagian dari pasukan operasi Tim Nanggala
di Timor Timur. Berusia 26 tahun, Prabowo
merupakan salah satu komandan pleton termuda dalam operasi tersebut. Ia
berperan besar dalam memimpin sebuah misi penangkapan terhadap Nicolau dos Reis
Lobato, pemimpin Fretilin yang pada saat Operasi Seroja menjabat sebagai Perdana
Menteri. Dengan bantuan adiknya sendiri Antonio Lobato, kompi Prabowo menemukan
Lobato di Maubisse,
sebuah kota kecil lima puluh kilometer di selatan Dili.
Ia tewas tertembak di perut saat bertempur di Lembah
Mindelo pada 31 Desember 1978; salah satu peristiwa yang
menandai berakhirnya perlawanan terbuka Fretilin terhadap invasi militer
Indonesia dan bermulanya pendudukan militer atas bekas wilayah jajahan Portugal tersebut. Pada tahun 1983,
Prabowo telah menjabat sebagai wakil komandan pada Detasemen
Khusus 81 (Penanggulangan Teror) di Kopassandha.[5]
Pada tahun 1985, Prabowo
menjadi wakil komandan Batalyon
Infanteri Lintas Udara 328 (Yonif Para Raider 328/Dirgahayu),
pasukan para raider di Kostrad. Dua tahun kemudian, setelah menamatkan
pelatihan Special Forces Officer Course di Fort Benning ia menjadi komandan batalyon
tersebut; jabatan yang dijabatnya selama tiga tahun. Pada 1991, ia menjabat
sebagai kepala staf Brigade
Infanteri Lintas Udara 17 (Brigif Para Raider 17/Kujang I),
yang bermarkas di Cijantung. Dalam kapasitas itu, Prabowo yang saat itu telah
berpangkat letnan kolonel terlibat dalam operasi pemburuan dan
penangkapan Xanana Gusmao,
salah satu tokoh pemimpin gerilyawan Fretilin.
Pada tahun 1993, Prabowo kembali ke pasukan khusus,
yang kini dinamai Komando Pasukan
Khusus (Kopassus). Ia diangkat menjadi komandan Grup
3/Sandi Yudha, salah satu komando kontra-insurjensi Kopassus. Ia
seterusnya menjabat sebagai wakil komandan komando dan komandan komando, di
bawah kepemimpinan Brigadir Jenderal Agum Gumelardan Brigadir Jenderal Subagyo Hadi Siswoyo.
sumber : wikipedia.com
0 komentar:
Posting Komentar